Cuaca sangat cerah sedikit panas di kota kendari, pekerjaan sedikit ada kemajuan biarpun masih banyak yang harus diselesaikan dalam waktu dekat. Perjalanan menuju Bau-bau kali ini bersama owner dan konsultan menggunakan jasa kapal Sagori Ekspress dengan kapasitas 150 penumpang yang ditempuh dalam waktu 4-5 jam. Ada 2 kali keberangkatan, pagi jam 06.30 wita dan 12.30 wita. Perjalanan hari ini sangat padat, kebanyakan dari pertambangan dan Dinas/Instansi, beberapa hal yang menarik dalam perjalanan adalah view perbukitan, laut/teluk lepas, dan pulau-pulai kecil yang minim penduduk bisa terlihat dari dekat. Ada kejadian menarik yang sedikit menggelitik, yaitu para pedagang yang rata-rata ibu-ibu terbawa kapal. Pada saat kapal berhenti naikkan penumpang ibu-ibu penjual makanan banyak yang menjajakan dagangannya di dalam kapal. Beberapa saat kemudian kapal bunyikan klakson, tetapi para pedagang masih asyik melayani pembeli, mungkin juga tidak mendengar bunyi klakson, selang beberapa menit kapal mulai berjalan, para pedagang pada berlarian menuju pintu keluar, tetapi sudah tidak mungkin akan loncat, karena sudah lepas dari dermaga. Para pedagang yang terbawa ada yang senang ada jg yang sedikit berkaca-kaca matanya, yang senang rata2 mereka belum pernah ke bau-bau " refresing.. gak tahu mau nanti tidur dimana " katanya dan tidak punya momongan anak kedengaranya begitu, yang sedih karena ada yang masih punya anak kecil, motornya masih diparkir dipelabuhan, ada jg yang baru pertama kali berdagang di kapal, dan macam2 lg. Tetapi kesedihan itu hanya sesaat kira2 10 menit, mereka sedikit agak tenang karena ada beberapa yang bisa hubungi keluarga biarpun HP nya dikasih pinjam sama penumpang. Selanjutnya para pedagang ini menjajakan dagangannya kembali dan banyak penumpang yang simpati. akhirnya habislah barang dagangannya. Satu Jam 30 menit setelah lepas dari pelabuhan kendari, disini benar2 melihat lautan yang lepas, hanya garis lurus saja yang terlihat pada sisi timur dengan warna biru yang sangat cerah, disisi barat bisa melihat pulau2 dengan jarak kurang lebih 1 km, dan sesekali lewat perahu nelayan. Sebelum sampai di kota Bau-bau kapal sandar di pelabuhan Raha untuk naik dan menurunkan penumpang. Di pelabuhan Raha ini banyak pedagang jg yang menjajakan makanan khas, namanya Gogos. Makanan ini terbuat dari beras ketan merah yang dimasak dengan sistem pemanggangan/dibakar dengan bungkus daun pisang. Kalau rasanya sudah tidah perlu diragukan lagi dijamin mantapss.. apalagi yang belum sempat makan siang. Kebanyakan penjual di Raha adlah anak-anak, yah.. sekitar 10 - 15 thn. Tetapi kalau diperhatikan mereka sangat mandiri. selang 20 menit kapal kembali berangkat menuju Pelabuhan Bau-bau yang ditempuh kurang lebih 1.5 s/d 2 jam dari pelabuhan raha. 15 menit sebelum sampai, pemandangan matahari terbenam kembali bisa dilihat dengan panorama orange yang menakjubkan. Dari perjalanan ini banyak hukmah & pengalaman yang bisa di petik... yah.. hitung2 sedikit refresing.. terlepas dari perjalanan tadi, sampai di Bau-bau kembali dihadapkan pekerjaan yang masih perlu pemikiran yang benar-benar serius dan harus memenuhi target.. Akankah TERCAPAI...??? Diluar teknis hanya kepada Allah SWT mohon petunjuk untuk mencapainya.... Amiin.
Tuesday, December 8, 2009
Friday, November 27, 2009
Thursday, November 26, 2009
Motif Djembe
Motif Djembe sangat bervariasi, curving, painting dan air brush, tergantung dari permintaan. Biasanya disesuaikan dengan lokasi / kebudayaan dimana konsumen memanfaatkan keunikan kendang djembe. Motif yang sering atau disukai dari konsumen biasanya motif reptil, karena bentuknya bervariasi dan fleksible dengan bentuk djembe. Tetapi ada juga motif yang menunjukkan ciri khas suatu daerah. Motif pada pada gambar adalah painting motif Toraja dan curving motif reptil, ada beberapa konsumen baik dari dalam dan luar negri yang menyukai motif tersebut.
Motif Jamaica sebenarnya sangat mendominasi pada waktu2 tertentu, dengan warna-warna rasta, atau motif daun dalam bentuk curving.
Proses pembentukan motif curving, painting ataupun air brush sebenarnya sangat mudah, akan tetapi diperlukan kesabaran dalam membentuk pola motif. Motif Curving dimulai juga bervariasi ada di lakukan sebelum atau sesudah tahap sanding/pewarnaan. Motif curving tipis dilakukan setelah pewarnaan/politur, sedangkan curving tebal/ ukiran timbul dilakukan sebelum pewarnaan. Pewarnaan disesuaikan dengan permintaan. Djembe motif painting dikerjakan setelah pewarnaan keseluruhan dan pewarnaan ulang pada bagian bawah Djimbe, biasanya dengan warna gelap (hitam/coklat) untuk menonjolkan perbedaan warna painting. Pada Djembe motif air brus sebelumnya dibuat mal/gambar sesuai permintaan. Motif ini lebih memerlukan keahlian dan kejelian dalam pengaturan warna dan pengecatan ulang, karena dalam satu kendang djembe diperlukan beberapa warna yang saling overlap dari dasar s/d finishing.
Dari beberapa variasi motif/pola tersebut yang terpenting adalah bagaimana menciptakan idea untuk bisa diterima oleh siapapun dan dimanapun. Ini memerlukan inovasi dan kreatifitas yang dapat digali dari pengalaman, budaya/adat suatu daerah, atau mungkin banyak disekitar kita yang sebelumnya diabaikan. Hal-hal yang kecil adalah pondasi untuk mencapai sebuah hasil karya yang besar.
Saturday, May 23, 2009
Kendang Jimbe
Beragam kebudayaan Indonesia telah mengangkat industri pariwisata sebagai prioritas sumber perekonomian terutama pada usaha mikro. Salah satunya adalah Kerajinan "Kendang Jimbe". Jimbe sebenarnya berasal dari Afrika, tetapi jangan salah bahwa kendang jimbe di afrika adalah pruduksi para pengrajin di Indonesia, yaitu tepatnya di Malang & Blitar. Pasar Kerajinan ini semakin meningkat sejak tahun 2006 s/d sekarang, bukan hanya di afrika saja, tetapi buyer negara-negara Eropa dan Timur Tengah seperti Spanyol, perancis dan Tunisia telah memesan jenis kerajinan Jimbe ini. Pasar ini juga tak lepas dari perhatian pemerintah yang mengadakan berbagai event seperti InaCraft, SmesCO, PPE, dan lain sebagainya untuk memberikan ruang pasar pada pengrajin di Negri ini.
Pembuatan Kendang Jimbe melalui proses produksi mulai pemilihan bahan baku kayu mahoni dengan diameter yang bervariasi dan di potong sesuai bentuk dan ukuran.
Selanjutnya proses kupas kulit kayu (seset) untuk mempermudah proses pembubutan sesuai dimensinya. Pada proses ini diperlukan ketelitian terhadap tebal dan tipisnya Kendang Jimbe karena akan berpengaruh terhadap mutu suara & finishing Jimbe.
Tahap berikutnya adalah penghalusan dan pembentukan natural Jimbe termasuk ukiran, dengan pemanasan optimum kemudian proses dasar plitur & painting motif sesuai keinginan.
Kendang Jimbe ini juga memiliki bentuk yang cukup menawan dengan finishing pemasangan kulit dan jenis tali yang bervariasi.
sseoga@gmail.com
Monday, December 31, 2007
AREMA
Subscribe to:
Posts (Atom)